
Keterangan Gambar : Pasar Asia Melemah, Ketegangan Perdagangan AS–China Kembali Memanas
Jakarta, DeklarasiPagi.com — Indeks saham Asia dibuka melemah pada Kamis (23/10/2025) pagi, setelah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China memicu kekhawatiran investor global. Pemerintahan Presiden Donald Trump dikabarkan tengah menyiapkan kebijakan pembatasan ekspor baru terhadap sejumlah perusahaan teknologi China, yang dikhawatirkan memperburuk hubungan ekonomi kedua negara.
Bursa saham di Tokyo, Hong Kong, Seoul, dan Shanghai kompak mencatat penurunan pada sesi pembukaan. Indeks Nikkei Jepang turun 1,8 persen, Hang Seng melemah 2,1 persen, sementara Shanghai Composite anjlok 1,4 persen. Kondisi serupa juga terjadi di Korea Selatan, di mana Kospi terkoreksi 1,6 persen akibat aksi jual investor asing.
Para pelaku pasar menilai langkah terbaru Washington berpotensi memicu perang dagang jilid baru. Pemerintah AS dilaporkan sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor chip dan perangkat lunak canggih yang digunakan dalam industri teknologi China, termasuk di sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence). Kebijakan tersebut dianggap sebagai langkah lanjutan dari strategi “perlindungan industri dalam negeri” yang digencarkan sejak Trump kembali ke Gedung Putih.
Menurut analis pasar dari HSBC Asia, Raymond Tan, kebijakan ini dapat mengganggu rantai pasok global, terutama di sektor elektronik dan manufaktur.
“China adalah pemain utama dalam rantai pasokan teknologi dunia. Jika ekspor chip dan komponen strategis dibatasi, dampaknya akan terasa luas hingga ke Asia Tenggara dan Eropa,” ujar Tan seperti dikutip Reuters, Kamis (23/10).
Penurunan pasar juga diperburuk oleh lonjakan harga minyak dunia yang mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Harga minyak Brent menembus 94 dolar AS per barel, dipicu oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan pemangkasan produksi oleh OPEC+. Kondisi ini meningkatkan tekanan inflasi dan memperkuat kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi global.
Meski tekanan terbesar dirasakan di pasar utama Asia Timur, gejolak global juga mulai memengaruhi kawasan Asia Tenggara. Indeks Kompas100 dan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka turun 0,9 persen pagi ini. Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih, sementara nilai tukar rupiah melemah ke posisi Rp15.850 per dolar AS.
Ekonom Universitas Indonesia, Dian Puspitasari, menilai langkah proteksionis AS berpotensi menekan ekspor negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Perlambatan ekonomi China akan mengurangi permintaan bahan baku dan komoditas dari Asia Tenggara. Bagi Indonesia, ini bisa berdampak pada sektor pertambangan dan manufaktur,” jelasnya.
Menurut Dian, pemerintah Indonesia perlu memperkuat diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada China dan Amerika Serikat. “Kita harus memperluas pasar nontradisional seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan,” tambahnya.
Pemerintah China menanggapi rencana pembatasan ekspor AS dengan nada keras. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyebut langkah tersebut sebagai “tindakan sepihak yang merugikan ekonomi global”.
“Amerika Serikat harus berhenti mempolitisasi perdagangan internasional. Kami akan mengambil langkah balasan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional kami,” tegas Lin dalam konferensi pers di Beijing.
Beijing juga dikabarkan tengah meninjau kemungkinan pembatasan ekspor logam tanah jarang (rare earth minerals) yang menjadi bahan penting bagi industri teknologi global — sebuah langkah yang dapat meningkatkan tekanan terhadap perusahaan-perusahaan teknologi Barat.
Analis memperkirakan volatilitas pasar global akan terus meningkat dalam beberapa minggu ke depan, terutama menjelang pengumuman kebijakan suku bunga oleh Federal Reserve AS. Kondisi ekonomi dunia saat ini dinilai rentan terhadap tekanan ganda, yakni inflasi tinggi dan risiko resesi akibat perlambatan manufaktur.
“Selama ketegangan AS–China belum mereda, investor akan terus mencari aset aman seperti emas dan obligasi,” kata Stephen Innes, kepala strategi pasar di SPI Asset Management. Harga emas dunia saat ini naik 0,8 persen ke level 2.410 dolar AS per ons troi.











LEAVE A REPLY